Sabtu, 15 November 2014

ASKEP APPENDIKS


BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
  1. Definisi
Appendicitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer:2000).
Appendicitis merupakan unflamasi apendiks, suatu bagian seperti kantung yang non fungsional dan terletak dibagian inferior sekum. Penyebab paling umum dari appendicitis adalah abstruksi lumen oleh feses, yang akhirnya merusak suplai darah dan merobek mukosa yang menyebabkan inflamasi (Ester:2000).
  1. Anatomi Fisiologi
System pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari atas bagian-bagian berikut : mulut, saluran-saluran kelenjar tubuh, esophagus, orifisium kordia, lambung, sal pancreas, duodenum, jejunum, kolon sigmoides, rectum appendiks, ileum, kolon asenden, saluran sistika kandung empedu, orifisium filori, saluran-salura hati (anatomi usus diakses 19 Juli 2008).


  1. Patofisiologi
Appendiks ini mempunyai lumen yang sangat kecil sehingga pada umumnya appendicitis timbul karena adanya obstruksi atau penyumbatan pada lumen, appendiks tersebut. Penyumbatan lumen appendiks disebabkan oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis akibat peradangans sebelumnya atau neoplasma.
Abstruksi tersebut menyebabkan mucus yang di produksi muosa mengalami bendungan, makin lama mucus tersebut makin banyak dan menekan dinding appendiks, sehingga menggangu aliran limfe dan menyebabkan dinding appendiks edema serta merangsang tunika serosa dan peritoneum visceral (Mansjoer:2000).
Pada saat inilah terjadi appendicitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigrastrium, oleh karena persyaratan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X, maka rangsangan itu sebagian sebagai rasa sakit di sekitar umbilicus. Mucus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri dan menjadi nanah kemudian timbul gangguan aliran vena sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas, mengenai peritoneum parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit di daerah kanan bawah, keadaan inilah disebut appendicitis akut (Mansjoer:2000).

  1. Etiologi, Gejala Klinis, Komplikasi
a.      Etiologi
Penyebab utamanya adalah obstruksi/penyembuhan yang dapat disebabkan oleh :
1)      Hiperlasia dari folikel appendiks
2)      Adaya fekalit dalam lumen appendiks
3)      Benda asing seperti biji-bijian yang menimbulkan peradangan
4)      Struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
5)      Sebab lain, misalnya karena keganasan karsinoma
b.      Gejala Klinis
1)      Nyeri dibagian perut di sekitar umbilicus pada awalnya kemudian terlokalisasi di titik MC Burney (dibagian antara umbilicus dan di sebelah kanan ileum) akan terasa lebih nyeri jika bersin-bersin dan bernafas dalam.
2)      Peningkatan nadi lebih dari normal atau tachycardia.
3)      Pada pola eliminasi pada awalnya tidak terkonstipasi selanjutnya dapat terjadi diare.
4)      Anoreksia hampir selalu terjadi.
5)      Mual dan muntah merupakan hal yang khas.
6)      Demam derajat rendah, dapat terjadi hiperpireksia jika terjadi perforasi.
7)      Jumlah pernafasan lebih dari normal (tachypnoe).
8)      Pada pemeriksaan laboratorium, di dapat :
a)      Sel darah putih diatas 10.000/cc mm darah.
b)      Pada urin mungkin terdapat erytrosit dan leukosit.
c)      Pada foto radiology memperlihatkan gerakan dari materi yang berada di dalam usus buntu.
c.       Komplikasi
Komplikasi yang akan terjadi pada appendicitis adalah sebagai berikut :
1)      Perforasi
Akan ditemui rasa sakit yang bertambah hebat, demam tinggi, rasa nyeri yang menyebar dan jumlah leukosit tinggi.
2)      Peritonitis
Merupakan salah satu akibat dari perforasi yang disertai dengan rasa nyeri atau sakit yang semakin hebat, rasa nyeri dan kembung, demam serta keracunan.
3)      Abses Appendiks
Terjadi suatu massa yang lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis.
  1. Penatalaksanaan
a.       Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya peradangan di dalam, syok, dan gangguan pernafasan.
b.      Baringkan klien dalam posisi fowler.
c.       Bila tindakan operasi lebih besar yaitu pada perforasi atau peritonitis umum, maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
d.      Keesokan harinya diberikan makanan saring, hari berikutnya diberkan makanan lunak.
1)      Satu hari post operasi anjurkan untuk duduk di tempat tidur selama 2 x 30 menit.
2)      Dua hari post operasi anjurkan untuk berdiri dan duduk di luar kamar.
3)      Tujuh hari post operasi lukanya yang diangkat dan penderita boleh pulang

  1. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yura dalam Nasrul Effendy (1995) diagnosa keperawatan adalah pernyataan/kesimpulan yang diambil dari pengkajian tentang status kesehatan klien/pasien. Sedangkan menurut Ana dan Nasrul Effendy (1995), diagnosa keperawatan adalah respons individu ada masalah kesehatan yang actual dan potensial.
Urutan diagnosa keperawatan pada pasien post appendicitis akut menurut Doenges, (2000) yaitu :
1.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
2.    Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah.
3.    Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi.
4.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
  1. Perencanaan
Merencanakan perawatan/tindakan keperawatan terhadap diagnosa perawatan yang ditetapkan. Rencana keperawatan pada pasien appendicitis akut disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yaitu :
1.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Intervensi :
a.       Awasi tanda vital
b.      Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic
c.       Lihat insisi bedah dan balutan, catat karakteristik drainase luka.
d.      Berikan informasi yang tepat jujur pada pasien/orang terdekat
Kolaborasi :
e.       Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasionalisasi :
a)      Degan adanya infeksi terjadinya sepsis, abses, peritonitis
b)      Menurunkan resiko penyebaran bakteri
c)      Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan/atau pengawasan, penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya
d)     Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas
2.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi
Intervensi :
a.       Awasi TD dan nadi
b.      Lihat membrane mukosa, kaji turgor dan pengisian kapiler
c.       Awasi masukan dan keluaran, catat warna urine/konsentrasi, berat jenis
d.      Auskultasi bising usus
e.       Berikan jumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
f.       Berikan perawatan mulut kering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir
g.      Pertahankan penghisapan gaster/usus
h.      Berikan cairan IV dan elektrolit
Rasionalisasi:
a)        Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler
b)        Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
c)        Penurunan haluaran urine ekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan
d)       Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan peoral
e)        Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan
f)         Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah
g)        Selang NGT biasanya dimasukkan pada praoperasi dan dipertahankan pada fase segera pascaoperasi untuk dekompresi usus, meningkatkan istirahat usus, mencegah muntah
3.      Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Intervensi :
a.       Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)
b.      Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fower
c.       Dorong ambulasi dini
d.      Berikan aktivitas hiburan
e.       Pertahankan puasa/penghisapan NGT pada awal
f.       Berikan analgesic sesuai indikasi
g.      Berikan kantong es pada abdomen
Rasionalisasi :
a)         Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
b)         Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang..
c)         Menurunkan ketidakn yamanan pada peristaltic usus dini dan iritasi gaster/muntah.
d)        Menghilangkan nyeri, mempermudah kerja sama dengan intervensi terapi lain, contoh ambulasi, batuk.
e)         Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.
4.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognsis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber infomasi.
Intervensi :
a.       Kaji ulang pembatasan aktivitas pascao perasi.
b.      Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode isirahat eriodik.
c.       Anjurkan menggunakan laksatif/pelembek feses ringan bila perlu dan hindari edema.
d.      Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan/pengikat.
e.       Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik.

Rasionalisasi:
a.       Memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah.
b.      Mencegah kelemahan, meningatkan penyembuhan, dan perasaan sehat dan mempermudah kembali ke aktivitas normal.
c.       Membantu kembali ke fungsi usus semula, mencegah mengejan saat defekasi.
d.      Pemahaman meningkatkan kerja sama dengan program terapi meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan.
e.       Upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi serius.

B.     IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan perwujudan dan pengelolaan dari rencana keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan klien. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan hasilnya ditulis dalam catatan sebagai dokumentasi. (Hidayat A.A, 2007)

C.    EVALUASI
Evaluasi merupakan mekanisme umpan balik untuk menilai kualitas dan dibuat untuk memperbaiki asuhan keperawatan dengan membandingkan hasil keperawatan yang telah diberikan dengan kriteria hasil, kemungkinan hasil evaluasi yang timbul adalah masalah dapat dipecahkan atau muncul masalah baru. Masalah dapat dipecahkan seluruhnya, masalah terpecahkan sebagian atau masalah yang tidak dapat dipecahkan sama sekali. (Hidayat A.A, 2007)
Menurut Doenges (2000) hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi yang diinginkan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ada klien dengan appendicitis akut adalah sebagai berikut :
1.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Hasil yang diharapkan:
Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infkesi/inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam.
2.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan degan pembatasan pasca operasi.
Hasil yang diharapkan:
Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik,tanda vital stabil dan secara individual haluaran urine adekuat.
3.      Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Hasil yang diharapkan:
a)      Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
b)      Tampak rileks mampu tiduristirahat dengan tepat.
4.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Hasil yang diharapkan:
a)      Menyatakan pemahaman proses penyakit/pengobatan dan potensial komplikasi.
b)      Berpartisipasi dalam program pengobatan.
BAB III
PENGKAJIAN

A.    PENGKAJIAN
  1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab
a.      Identitas Klien
Inisial                             :  Tn ”P”
Umur                              : 17 Tahun
Jenis Kelamin                 :  Laki-laki
Pendidikan                     :  SMA
Pekerjaan                        : -
Agama                            :  Islam
Alamat                           :  Jl.Sentosa Rt.01 Rw.03
Tanggal MRS                 :  25 Desember 2012
Operasi Tanggal             :  25 Desember 2012
Tanggal Pengkajian        :  26 Desember 2012
No. Med. Rec                :  114251
Diagnosa Medis             :  Appendicitis Akut
b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                              :  Ny”U”
Umur                              :  45 Tahun
Jenis Kelamin                 :  Perempuan
Pendidikan                     :  SMA
Pekerjaan                        :  Wirausaha
Alamat                           :  Jl.Sentosa Rt.01 Rw.03
Hubungan dengan klien :  Ibu

  1. Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pada tanggal 26 Desember 2012 klien mengatakan nyeri di daerah perut 1/3 bawah sebelah kanan. Yang sudah di operasi dan semakin nyeri bila bergerak.
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
P    :  ± 3 jam yang lalu, klien post operasi appendiktomi
Q   :  Klien merasakan nyeri dengan skala 7-8
R   :  Klien merasakan nyeri pada daerah luka bekas operasi yaitu di daerah 1/3bawah abdomen bagian dexstra (kanan).
S    :  Nyeri yang dirasakan seperti menusuk-nusuk dan menganggu aktivitas terutama pada waktu klien bergerak seperti duduk, berdiri
T    :  Nyeri pada daerah luka bekas operasi dirasakan klien semakin lama nyeri semakin meningkat teruama pada waktu berangkat
c.       Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien tidak pernah menderita penyakit seperti ISPA, TB Paru dan Hepatitis
d.      Riwayat Kesehatan dalam Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ISPA, TB Paru dan Hepatitis.

 Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
 











Keterangan :
             Meninggal laki-laki                             Meninggal perempuan
 

             Perempuan                                          Laki-laki
 

             Pasien                                                 Tinggal satu rumah
 
















  1. Riwayat Psikososial
a.       Riwayat Sosial
Hubungan klien dengan lingkungan di sekitar rumah sakit, hubungan klien dengan perawat baik (mampu berkomunikasi)
b.      Riwayat Psikologis
Klien merasa cemas dengan tindakan yang telah dilakukan
c.       Riwayat Spirital
Klien beragama islam, di rumah klien rajin beribadah tetapi dirumah sakit klien tidak dapat beribadah karena keadaan masih sakit
  1. Pola Aktivitas Sehari-hari
No
Aktivitas
Aktivitas Masuk Rumah Sakit
Setelah Masuk Rumah Sakit
1










2







3





4








5.

Pola nutrisi pola
Makan



Masalah
Minum


Masalah

Pola Eliminasi
BAB

Masalah
BAK

Masalah

Pola stirahat
Tidur siang
Masalah
Tidur malam
Masalah

Pola aktivitas
Masalah







Personal Hygiene
Mandi

Keramas
Gosok gigi
Ganti baju
Masalah

Makan 3 x sehari dengan porsi sedang, dihabiskan, jenis diet sayur-sayuran, tahu, tempe, ikan, daging dan lain-lain
Tidak ada masalah
7-8 gelas/hari 1 gelas susu setiap pagi

Tidak ada masalah

3 x sehari, konsistensi padat warna kuning
Tidak ada masalah
4-5 sehari, warna kuning jernih

Tidak ada masalah


Klien jarang tidur siang
Tidak ada masalah
7-8 jam/hari
Tidak ada masalah

Bekerja dan istirahat
Tidak ada masalah








2 x sehari

1 x sehari
3 x sehari
2 x sehari
Tidak ada masalah

± 3 jam post operasi klien belum dapat makan dan klien belum platus

Ada masalah
Minum air putih 1-2 gelas dibatasi karena belum platus
Ada masalah

Belum BAB

Ada masalah
3x sehari, warna kuning pekat
Ada masalah


1-3 jam/hari
Ada masalah
7-8 jam/hari
Ada masalah

Setelah di rawat dan di operasi klien tidak dapat melakukan aktivitas sendiri arena ada nyeri dan sangat membutuhkan perhatian sehingga setiap kebutuhan ADL nya selalu dibantu oleh keluarga
Klien tampak lebih banyak istirahat di rumah sakit
Selama dirawat hanya dilap saja
Tida keramas
2 x sehari
1 x sehari
Tidak ada masalah

  1. Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan Umum            
K / U                           :  Lemah tampak gelisah
Kesadaran umum        :  Composmentis
Ekspresi wajah            :  Meringis menahan sakit
Suhu                            :  37,10 C
RR                               :  20 x/menit
Nadi                            :  76 x/menit
T / D                            : 110/80 mmHg
b.      Kulit         
Turgor                         :  Elastis
Warna kulit                 :  Putih
Oedema                       :  Tidak ada


c.       Kepala
Bentuk                        :  Simetris 
Warna rambut             :  Hitam
Kebersihan                  :  Cukup
d.      Mata
Bentuk                        :  Simetris 
Penglihatan                 :  Baik (dapat melihat tanpa menggunakan alat Bantu)
Konjugtiva                  :  Ananemis
Pupil                            :  Isokor
Sklera                          :  Tidak ikterik
e.       Telinga
Bentuk                        :  Simetris
Pendengaran               :  Baik (dapat mendengar tanpa alat Bantu)
Kebersihan                  :  Bersih (tidak ada serumen atau darah)
f.       Hidung
Bentuk                        :  Simetris
Penciuman                   :  Baik (dapat membedakan bau-bauan)
Kebersihan                  :  Bersih (tidak perdarahan atau sekret)
g.      Mulut
Gigi                             :  Lengkap
Bibir                            :  Kering pecah-pecah
Kebersihan                  : (Tidak ada caries)

h.      Leher
Bentuk                        :  Simetris 
Gerakan                       :  Baik (dapat geropasi, flexi dan ekstensi)
Kebersihan                  :  Bersih (tidak ada kaki/kotoran)
i.        Dada
Bentuk                        :  Simetris
Pada insfeksi               :  Frekuensi 20 x/menit
Pada palpasi                :  Adanya getaran dinding dada
Pada perkusi                :  Resonansi (apru normal)           
Aukkultasi                   :  Tidak terdapat ronchi dan whizzing
j.        Abdomen
Bentuk                        :  Datar, ada bekas luka operasi kondisi luka
                                       8 cm x 3 cm, 6 jahitan
Hati                             :  Tidak ditemukan adanya pembesaran hati
Nyeri                           :  Ada nyeri pada perut kanan bawah karena bekas luka operasi, skala nyeri 7-8
k.      Genetalia
Bentuk                        :  Normal (tidak ada pembengkakan)
Kelainan                      :  Tidak ada pembengkakan
l.        Sistem syaraf
Aktivitas motorik        :  Normal –  ekstremitas atas dapat melakukan flexi dan ekstensi
                                                    –   ekstremitas bawah dapat melakukan flexi dan ekstensi     
Sensori                        :  Baik (ada respons terhadap rangsangan)
  1. Data Penunjang
Jenis Periksa
Metode
Hasil
Normal
Matologi
Hemoglobin
Automated cell
Counted
136
L 13,2-1/3g/dL
P 11,1-15,5g/dL
Hematocrit
Automated cell
Counted
41
L:40-54%
P:35-47%
Lekosit
Automated cell
Counted
17;900
4000-11000/CMM
Trombosit
Automated cell
Counted
326,000
200,000-400,000/UL
Golongan darah
Clooting Time
A B O system
Leae white
O
7’
A/B/O/AB
<15 menit
Bleading Time
Duke
2’
1-6 menit



  1. Therapy
1)      Infus (IVFD) RL gtt 20 x/menit
2)      Inj. Ceftizoxime 2 x 500 mg/iv
3)      Inj. Sagestan 2 x 80 mg/iv
4)      Neuralgad tablet 3 x 500 m/oral


ANALISA DATA
No    
Data
Kemungkinan Penyebab
Masalah
1
 Data Subjektif :
-          Klien mengatakan daerah bekas luka operasi terasa nyeri
Data Objektif :
-          Keadaan umum lemah
-          Klien tampak gelisah
-          Ekspresi wajah tampak meringis
-          Suhu 37,10C
-          Nadi 76 x/menit
-          RR 20 x/menit
-          TD : 110/80 mmHg
-          Skala nyeri post operasi 3
7-8 (1-10)
P x L : 8 cm x 2 cm, 6


Peradangan pada appendiks

Tindakan operatif

Luka operasi

Terputusnya jaringan syaraf
(diskontinuitas jaringan)

Reseptor nyeri
 

Afferent
 

Medulla spinalis

Efferent

Nyeri
Nyeri



No    
Data
Kemungkinan Penyebab
Masalah
2
 Data Subjektif :
-          Klien mengeluh belum platus lebih kurang 3 jam post operasi nyeri pada luka post operasi
Data Objektif :
-          Keadaan umum lemah
-          Klien masih puasa dan belum flatus
-          Mukosa bibir kering
Suhu : 37,10C
Nadi : 76 x/menit
TD : 110/80 mmHg
Respirasi : 20 x/menit
Klien dapat therapy IVFD : RL, D5, NaCL + gtt 20 x/menit
-          Klien post operasi dengan GA (Genera anastesi)
Appendiks 

Tindakan operasi
(appendiktomi)

General anastesi
 

Relaksasi otot abdomen
 

Penurunan peristaltic usus
 

Belum flatus
 

Dapat puasa
(perubahan intake)

Resiko terjadinya
Ketidak seimbangan cairan
Resiko tinggi terjadinya ketidak seimbangan cairan


No    
Data
Kemungkinan Penyebab
Masalah
3
 Data Subjektif :
-          Klien mengeluh nyeri pada luka post operasi
Data Objektif :
-          Adanya luka post operasi yang masih basah
K / U : Lemah
P x L : 8 cm x 2 cm, 6 jahitan
Suhu 37,10C
Respirasi : 20 x/menit
T / D : 110/80 mmHg
Skala nyeri : 7-8


Tindakan operatif
(appendiktomi)

Luka operasi

Diskontinuitas jaringan
 

Factor usia (lansia)
 

Proses aging
 

Penurunan imunitas tubuh

Invasi kuman
 

Resiko infeksi
Resiko tinggi terhadap infeksi

PRIORITAS MASALAH
1.      Nyeri
2.      Resiko tinggi terjadinya ketidak seimbangan cairan dari elektrolit
3.      Resiko tinggi terhadap infeksi


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi
2.      Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pembatasan intake post operasi
3.      Resiko tinggi terjadinya infkesi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan post operasi

















INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien               : Tn “p”                         Hari/Tanggal     : Senin 26 Desmber 2012
Jenis Kelamin              : Laki-laki                      No.Register        : 11 42 51
Ruangan                      : Bedah                          Diagnosa Medis : APP

No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Nama & Paraf
1.












2.
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi












Ancietas b.d tindakan pembedahan yang dilakukan




Setelah di lakukan asuhan keperawatan
Dalam waktu 2x24 jm
1.Nyeri yg dirasakan pasien hilang.

2.Pasien tidak meringis (tidak nyeri pada saat ditekan bagian abdomen)

Setelah di lakukan asuhan keperawatan
Dalam waktu 2x24 jm
Cemas teratasi
  1. Kaji sekala nyeri
  2. Anjurkan pasien menggunakan buli-buli panas untuk menghangatkan abdomen
  3. Gunakan teknik distraksi
  4. Kolaborasi dgn tim dokter dalam pemberian obat analgesic



1.      Kaji tingkat pengetahuan  klien terhadap penyakitnya
2.      Beri penjelasan tentang penyakit klien
3.      Motivasi klien bahwa klien dapat sembuh
1.Untuk mengetahui rasa nyeri
2.Dengan diberikan kopres diharapkan adanya vasodilatasi sehingga nyeri berkurang
3.dengan pemberian anti emitik bisa mengurangi mual dan muntah.




1.      Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakitnya
2.      Dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan klien
3.      Dapat meningkatkan semangat klien dalam menghadapi tindakan pembedahan.

                          




























IMPLEMENTASI  KEPERAWATAN

Nama Pasien               : Tn “P”                           Hari/Tanggal : Senin, 26 Desember 2012
Jenis Kelamin              : Laki-laki                        No.Register        : 11 42 51
Ruangan                      : Bedah                            Diagnosa Medis : APP

No. DK
Jam
Tindakan
Hasil
Nama & Paraf
1


2
09:00
  1. Berikan makanan dengan porsi kecil sedikit tapi sering

  1. Mengkaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10
-          Skala 0    : Tidak ada nyeri
-          Skala 1-3 : Nyeri ringan
-          Skala 4-6 : Nyeri sedang
-          Skala 7-9 : Nyeri berat
-          Skala 10  : Nyeri yang tak tertahankan
  1. Mengistirahatkan pasien pada saat nyeri muncul
  2. Mengajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri
  3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam, saat nyeri muncul

  1. Berkolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic
  1. Dapat mempertahankan nutrisi

  1. Hasil skala nyeri 6 dari (0-10)






  1. Pasien merasa nyaman

  1. Pasien tenang dan nyaman
  2. Dapat memberikan ruang gerak terhadap nyeri
  3. Pemberian ranitidine

































EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien               : Tn “P”                           Hari/Tanggal : Senin, 26 Desember 2012
Jenis Kelamin              : Laki-laki                        No.Register        : 11 42 51
Ruangan                      : Bedah                            Diagnosa Medis : APP

No
Diagnosa
Keperawatan
Jam
Evaluasi
Nama & TT
Perawat
1







2









Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi



Ancietas b.d tindakan pembedahan yang dilakukan


11:00





13:00
S:Klien mengatakan nyeri berkurang
O  :  Klien tampak tenang dengan
skala 1-3
A  :  Masalah teratasi
P   :  Intervensi dihentikan

S   :  Klien mengatakan sudah tidak terlalu cemas lagi terhadap tindakan pembedahan yang akan dilakukan
O  :  Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya
A  :  Masalah teratasi
P   :  Intervensi dihentikan





























BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Appendicitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer:2000).
Appendicitis merupakan unflamasi apendiks, suatu bagian seperti kantung yang non fungsional dan terletak dibagian inferior sekum. Penyebab paling umum dari appendicitis adalah abstruksi lumen oleh feses, yang akhirnya merusak suplai darah dan merobek mukosa yang menyebabkan inflamasi (Ester:2000).

  B.SARAN
 a) Bagi Pendidikan Akper Sapta Karya Palembang
Para pendidikan diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk dapat meningkatkan kualitas bagi mahasiswa khususnya Diploma III Keperawatan Akper Sapta Karya Palembang.
b) Bagi Petugas Kesehatan RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2012
Diharapkan dapat meningkatkan lagi penyuluhan tentang Appendicitis di Poliklinik kepada masyarakat yang berobat agar pengetahuan masyarakat tentang Appendicitis lebih baik dan masyarakat dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Appendicitis.
c) Bagi Peneliti
Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui gambaran faktor penyebab Appendicitis dengan variabel yang berbeda dan variatif serta sampel yang Lebih Besar. Serta memperbanyak sumber-Sumber tentang penyakit apendiks.






















DAFTAR PUSTAKA

                     Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC
Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC.
Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
            Perencana Pendokumentasian Perawatan Klien.Jakarta : Penerbit Buku
            Kedokteran EGC.
            Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi  3. Jakarta : Media
                        Aesculapius.
Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar