BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A.
KONSEP DASAR PENYAKIT
- Definisi
Appendicitis adalah peradangan dari apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit
ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer:2000).
Appendicitis merupakan unflamasi apendiks, suatu
bagian seperti kantung yang non fungsional dan terletak dibagian inferior
sekum. Penyebab paling umum dari appendicitis adalah abstruksi lumen oleh
feses, yang akhirnya merusak suplai darah dan merobek mukosa yang menyebabkan
inflamasi (Ester:2000).
- Anatomi Fisiologi
System pencernaan berhubungan dengan penerimaan
makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari atas bagian-bagian berikut : mulut, saluran-saluran kelenjar
tubuh, esophagus, orifisium kordia, lambung, sal pancreas, duodenum, jejunum,
kolon sigmoides, rectum appendiks, ileum, kolon asenden, saluran sistika
kandung empedu, orifisium filori, saluran-salura hati (anatomi usus
diakses 19 Juli 2008).
- Patofisiologi
Appendiks ini mempunyai lumen yang sangat kecil
sehingga pada umumnya appendicitis timbul karena adanya obstruksi atau
penyumbatan pada lumen, appendiks tersebut. Penyumbatan lumen appendiks
disebabkan oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur
karena fibrosis akibat peradangans sebelumnya atau neoplasma.
Abstruksi tersebut menyebabkan mucus yang di produksi
muosa mengalami bendungan, makin lama mucus tersebut makin banyak dan menekan
dinding appendiks, sehingga menggangu aliran limfe dan menyebabkan dinding
appendiks edema serta merangsang tunika serosa dan peritoneum visceral
(Mansjoer:2000).
Pada saat inilah terjadi appendicitis akut lokal yang
ditandai oleh nyeri epigrastrium, oleh karena persyaratan appendiks sama dengan
usus yaitu torakal X, maka rangsangan itu sebagian sebagai rasa sakit di
sekitar umbilicus. Mucus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri dan
menjadi nanah kemudian timbul gangguan aliran vena sedangkan arteri belum
terganggu, peradangan yang timbul meluas, mengenai peritoneum parietal
setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit di daerah kanan bawah, keadaan inilah
disebut appendicitis akut (Mansjoer:2000).
- Etiologi, Gejala Klinis, Komplikasi
a.
Etiologi
Penyebab utamanya adalah obstruksi/penyembuhan yang dapat disebabkan oleh
:
1)
Hiperlasia dari folikel appendiks
2)
Adaya fekalit dalam lumen appendiks
3)
Benda asing seperti biji-bijian yang menimbulkan
peradangan
4)
Struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
5)
Sebab lain, misalnya karena keganasan karsinoma
b.
Gejala Klinis
1)
Nyeri dibagian perut di sekitar umbilicus pada awalnya
kemudian terlokalisasi di titik MC Burney (dibagian antara umbilicus dan di
sebelah kanan ileum) akan terasa lebih nyeri jika bersin-bersin dan bernafas
dalam.
2)
Peningkatan nadi lebih dari normal atau tachycardia.
3)
Pada pola eliminasi pada awalnya tidak terkonstipasi
selanjutnya dapat terjadi diare.
4)
Anoreksia hampir selalu terjadi.
5)
Mual dan muntah merupakan hal yang khas.
6)
Demam derajat rendah, dapat terjadi hiperpireksia jika
terjadi perforasi.
7)
Jumlah pernafasan lebih dari normal (tachypnoe).
8)
Pada pemeriksaan laboratorium, di dapat :
a)
Sel darah putih diatas 10.000/cc mm darah.
b)
Pada urin mungkin terdapat erytrosit dan leukosit.
c)
Pada foto radiology memperlihatkan gerakan dari materi
yang berada di dalam usus buntu.
c.
Komplikasi
Komplikasi yang akan terjadi pada appendicitis adalah
sebagai berikut :
1)
Perforasi
Akan ditemui rasa sakit yang bertambah hebat, demam tinggi, rasa nyeri
yang menyebar dan jumlah leukosit tinggi.
2)
Peritonitis
Merupakan salah satu akibat dari perforasi yang disertai dengan rasa
nyeri atau sakit yang semakin hebat, rasa nyeri dan kembung, demam serta
keracunan.
3)
Abses Appendiks
Terjadi suatu massa yang lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis.
- Penatalaksanaan
a.
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
peradangan di dalam, syok, dan gangguan pernafasan.
b.
Baringkan klien dalam posisi fowler.
c.
Bila tindakan operasi lebih besar yaitu pada perforasi
atau peritonitis umum, maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
d.
Keesokan harinya diberikan makanan saring, hari
berikutnya diberkan makanan lunak.
1)
Satu hari post operasi anjurkan untuk duduk di tempat
tidur selama 2 x 30 menit.
2)
Dua hari post operasi anjurkan untuk berdiri dan duduk
di luar kamar.
3)
Tujuh hari post operasi lukanya yang diangkat dan
penderita boleh pulang
- Diagnosa Keperawatan
Menurut Yura dalam Nasrul Effendy (1995) diagnosa
keperawatan adalah pernyataan/kesimpulan yang diambil dari pengkajian tentang
status kesehatan klien/pasien. Sedangkan menurut Ana dan Nasrul Effendy (1995),
diagnosa keperawatan adalah respons individu ada masalah kesehatan yang actual dan
potensial.
Urutan diagnosa keperawatan pada pasien post
appendicitis akut menurut Doenges, (2000) yaitu :
1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
prosedur invasive.
2.
Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah.
3.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan pasca operasi.
4.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi.
- Perencanaan
Merencanakan perawatan/tindakan keperawatan terhadap
diagnosa perawatan yang ditetapkan. Rencana keperawatan pada pasien
appendicitis akut disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yaitu :
1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif.
Intervensi :
a.
Awasi tanda vital
b.
Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka
aseptic
c.
Lihat insisi bedah dan balutan, catat karakteristik
drainase luka.
d.
Berikan informasi yang tepat jujur pada pasien/orang
terdekat
Kolaborasi :
e.
Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasionalisasi :
a)
Degan adanya infeksi terjadinya sepsis, abses,
peritonitis
b)
Menurunkan resiko penyebaran bakteri
c)
Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,
dan/atau pengawasan, penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya
d)
Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan
dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas
2.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan pasca operasi
Intervensi :
a.
Awasi TD dan nadi
b.
Lihat membrane mukosa, kaji turgor dan pengisian
kapiler
c.
Awasi masukan dan keluaran, catat warna
urine/konsentrasi, berat jenis
d.
Auskultasi bising usus
e.
Berikan jumlah kecil minuman jernih bila pemasukan
peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
f.
Berikan perawatan mulut kering dengan perhatian khusus
pada perlindungan bibir
g.
Pertahankan penghisapan gaster/usus
h.
Berikan cairan IV dan elektrolit
Rasionalisasi:
a)
Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume
intravaskuler
b)
Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi
seluler
c)
Penurunan haluaran urine ekat dengan peningkatan berat
jenis diduga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan
d)
Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk
pemasukan peoral
e)
Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan
kehilangan cairan
f)
Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan
pecah-pecah
g)
Selang NGT biasanya dimasukkan pada praoperasi dan
dipertahankan pada fase segera pascaoperasi untuk dekompresi usus, meningkatkan
istirahat usus, mencegah muntah
3.
Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Intervensi :
a.
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya
(skala 0-10)
b.
Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fower
c.
Dorong ambulasi dini
d.
Berikan aktivitas hiburan
e.
Pertahankan puasa/penghisapan NGT pada awal
f.
Berikan analgesic sesuai indikasi
g.
Berikan kantong es pada abdomen
Rasionalisasi :
a)
Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan.
b)
Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
telentang..
c)
Menurunkan ketidakn yamanan pada peristaltic usus dini
dan iritasi gaster/muntah.
d)
Menghilangkan nyeri, mempermudah kerja sama dengan
intervensi terapi lain, contoh ambulasi, batuk.
e)
Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan
rasa ujung saraf.
4.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognsis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
infomasi.
Intervensi :
a.
Kaji ulang pembatasan aktivitas pascao perasi.
b.
Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode
isirahat eriodik.
c.
Anjurkan menggunakan laksatif/pelembek feses ringan
bila perlu dan hindari edema.
d.
Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan,
pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan/pengikat.
e.
Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik.
Rasionalisasi:
a.
Memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan
kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah.
b.
Mencegah kelemahan, meningatkan penyembuhan, dan
perasaan sehat dan mempermudah kembali ke aktivitas normal.
c.
Membantu kembali ke fungsi usus semula, mencegah
mengejan saat defekasi.
d.
Pemahaman meningkatkan kerja sama dengan program terapi
meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan.
e.
Upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi serius.
B.
IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan perwujudan dan pengelolaan dari
rencana keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk memenuhi
kebutuhan klien. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan hasilnya ditulis dalam
catatan sebagai dokumentasi. (Hidayat A.A, 2007)
C.
EVALUASI
Evaluasi merupakan mekanisme umpan balik untuk menilai
kualitas dan dibuat untuk memperbaiki asuhan keperawatan dengan membandingkan
hasil keperawatan yang telah diberikan dengan kriteria hasil, kemungkinan hasil
evaluasi yang timbul adalah masalah dapat dipecahkan atau muncul masalah baru.
Masalah dapat dipecahkan seluruhnya, masalah terpecahkan sebagian atau masalah
yang tidak dapat dipecahkan sama sekali. (Hidayat A.A, 2007)
Menurut Doenges (2000) hasil yang diharapkan/kriteria
evaluasi yang diinginkan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ada klien dengan
appendicitis akut adalah sebagai berikut :
1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif.
Hasil yang diharapkan:
Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda
infkesi/inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam.
2.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan degan pembatasan pasca operasi.
Hasil yang diharapkan:
Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membrane
mukosa, turgor kulit baik,tanda vital stabil dan secara individual haluaran
urine adekuat.
3.
Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Hasil yang diharapkan:
a)
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
b)
Tampak rileks mampu tiduristirahat dengan tepat.
4.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi.
Hasil yang diharapkan:
a)
Menyatakan pemahaman proses penyakit/pengobatan dan
potensial komplikasi.
b)
Berpartisipasi dalam program pengobatan.
BAB
III
PENGKAJIAN
A.
PENGKAJIAN
- Identitas Klien dan Penanggung Jawab
a.
Identitas Klien
Inisial : Tn ”P”
Umur :
17 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Alamat : Jl.Sentosa Rt.01 Rw.03
Tanggal MRS : 25 Desember
2012
Operasi Tanggal : 25 Desember 2012
Tanggal Pengkajian : 26
Desember 2012
No. Med. Rec : 114251
Diagnosa Medis : Appendicitis
Akut
b.
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny”U”
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl.Sentosa Rt.01 Rw.03
Hubungan dengan klien : Ibu
- Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pada tanggal 26 Desember 2012 klien mengatakan nyeri
di daerah perut 1/3 bawah sebelah kanan. Yang sudah di operasi dan semakin
nyeri bila bergerak.
b.
Riwayat Penyakit Sekarang
P : ± 3 jam yang lalu, klien post operasi appendiktomi
Q : Klien merasakan nyeri dengan skala 7-8
R : Klien merasakan nyeri pada
daerah luka bekas operasi yaitu di daerah 1/3bawah abdomen bagian dexstra
(kanan).
S : Nyeri yang dirasakan
seperti menusuk-nusuk dan menganggu aktivitas terutama pada waktu klien
bergerak seperti duduk, berdiri
T : Nyeri pada daerah luka
bekas operasi dirasakan klien semakin lama nyeri semakin meningkat teruama pada
waktu berangkat
c.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien tidak pernah menderita penyakit seperti ISPA, TB Paru dan Hepatitis
d.
Riwayat Kesehatan dalam Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ISPA, TB Paru
dan Hepatitis.
Riwayat Kesehatan Keluarga
(Genogram)
Keterangan
:
Meninggal
laki-laki Meninggal perempuan
Perempuan Laki-laki
Pasien Tinggal
satu rumah
- Riwayat Psikososial
a.
Riwayat Sosial
Hubungan klien dengan lingkungan di sekitar rumah sakit, hubungan klien
dengan perawat baik (mampu berkomunikasi)
b.
Riwayat Psikologis
Klien merasa cemas dengan tindakan yang telah dilakukan
c.
Riwayat Spirital
Klien beragama islam, di rumah klien rajin beribadah tetapi dirumah sakit
klien tidak dapat beribadah karena keadaan masih sakit
- Pola Aktivitas Sehari-hari
No
|
Aktivitas
|
Aktivitas
Masuk Rumah Sakit
|
Setelah
Masuk Rumah Sakit
|
1
2
3
4
5.
|
Pola nutrisi
pola
Makan
Masalah
Minum
Masalah
Pola Eliminasi
BAB
Masalah
BAK
Masalah
Pola stirahat
Tidur siang
Masalah
Tidur malam
Masalah
Pola aktivitas
Masalah
Personal
Hygiene
Mandi
Keramas
Gosok gigi
Ganti baju
Masalah
|
Makan 3 x
sehari dengan porsi sedang, dihabiskan, jenis diet sayur-sayuran, tahu,
tempe, ikan, daging dan lain-lain
Tidak ada
masalah
7-8 gelas/hari
1 gelas susu setiap pagi
Tidak ada
masalah
3 x sehari,
konsistensi padat warna kuning
Tidak ada
masalah
4-5 sehari,
warna kuning jernih
Tidak ada
masalah
Klien jarang
tidur siang
Tidak ada
masalah
7-8 jam/hari
Tidak ada
masalah
Bekerja dan
istirahat
Tidak ada
masalah
2 x sehari
1 x sehari
3 x sehari
2 x sehari
Tidak ada
masalah
|
± 3
jam post operasi klien belum dapat makan dan klien belum platus
Ada masalah
Minum air
putih 1-2 gelas dibatasi karena belum platus
Ada masalah
Belum BAB
Ada masalah
3x sehari,
warna kuning pekat
Ada masalah
1-3 jam/hari
Ada masalah
7-8 jam/hari
Ada masalah
Setelah di
rawat dan di operasi klien tidak dapat melakukan aktivitas sendiri arena ada
nyeri dan sangat membutuhkan perhatian sehingga setiap kebutuhan ADL nya
selalu dibantu oleh keluarga
Klien tampak
lebih banyak istirahat di rumah sakit
Selama dirawat
hanya dilap saja
Tida keramas
2 x sehari
1 x sehari
Tidak ada
masalah
|
- Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan Umum
K / U : Lemah tampak gelisah
Kesadaran umum : Composmentis
Ekspresi wajah : Meringis menahan
sakit
Suhu : 37,10 C
RR : 20 x/menit
Nadi : 76 x/menit
T / D :
110/80 mmHg
b.
Kulit
Turgor : Elastis
Warna kulit : Putih
Oedema : Tidak ada
c.
Kepala
Bentuk : Simetris
Warna rambut : Hitam
Kebersihan : Cukup
d.
Mata
Bentuk : Simetris
Penglihatan : Baik (dapat melihat tanpa menggunakan alat Bantu)
Konjugtiva : Ananemis
Pupil : Isokor
Sklera : Tidak ikterik
e.
Telinga
Bentuk : Simetris
Pendengaran : Baik
(dapat mendengar tanpa alat Bantu)
Kebersihan : Bersih (tidak ada serumen atau darah)
f.
Hidung
Bentuk : Simetris
Penciuman : Baik (dapat membedakan bau-bauan)
Kebersihan : Bersih (tidak perdarahan atau sekret)
g.
Mulut
Gigi : Lengkap
Bibir : Kering pecah-pecah
Kebersihan :
(Tidak ada caries)
h.
Leher
Bentuk : Simetris
Gerakan : Baik (dapat geropasi, flexi dan ekstensi)
Kebersihan : Bersih (tidak ada kaki/kotoran)
i.
Dada
Bentuk : Simetris
Pada insfeksi : Frekuensi 20 x/menit
Pada palpasi : Adanya getaran dinding dada
Pada perkusi : Resonansi (apru normal)
Aukkultasi : Tidak terdapat ronchi dan whizzing
j.
Abdomen
Bentuk : Datar, ada bekas luka operasi kondisi luka
8 cm x 3 cm, 6 jahitan
Hati : Tidak ditemukan adanya pembesaran hati
Nyeri : Ada nyeri pada perut kanan bawah karena bekas
luka operasi, skala nyeri 7-8
k.
Genetalia
Bentuk : Normal (tidak ada pembengkakan)
Kelainan : Tidak ada pembengkakan
l.
Sistem syaraf
Aktivitas motorik : Normal
– ekstremitas atas dapat melakukan flexi
dan ekstensi
– ekstremitas
bawah dapat melakukan flexi dan ekstensi
Sensori : Baik (ada respons terhadap rangsangan)
- Data Penunjang
Jenis Periksa
|
Metode
|
Hasil
|
Normal
|
Matologi
Hemoglobin
|
Automated cell
Counted
|
136
|
L 13,2-1/3g/dL
P 11,1-15,5g/dL
|
Hematocrit
|
Automated cell
Counted
|
41
|
L:40-54%
P:35-47%
|
Lekosit
|
Automated cell
Counted
|
17;900
|
4000-11000/CMM
|
Trombosit
|
Automated cell
Counted
|
326,000
|
200,000-400,000/UL
|
Golongan darah
Clooting Time
|
A B O system
Leae white
|
O
7’
|
A/B/O/AB
<15 menit
|
Bleading Time
|
Duke
|
2’
|
1-6 menit
|
- Therapy
1)
Infus (IVFD) RL gtt 20 x/menit
2)
Inj. Ceftizoxime 2 x 500 mg/iv
3)
Inj. Sagestan 2 x 80 mg/iv
4)
Neuralgad tablet 3 x 500 m/oral
ANALISA
DATA
No
|
Data
|
Kemungkinan
Penyebab
|
Masalah
|
|||
1
|
Data Subjektif :
-
Klien mengatakan daerah bekas luka operasi terasa
nyeri
Data Objektif :
-
Keadaan umum lemah
-
Klien tampak gelisah
-
Ekspresi wajah tampak meringis
-
Suhu 37,10C
-
Nadi 76 x/menit
-
RR 20 x/menit
-
TD : 110/80 mmHg
-
Skala nyeri post operasi 3
7-8 (1-10)
P x L : 8 cm x 2 cm, 6
|
Peradangan pada appendiks
Tindakan operatif
Luka operasi
Terputusnya
jaringan syaraf
(diskontinuitas jaringan)
Reseptor
nyeri
Afferent
Medulla spinalis
Efferent
Nyeri
|
Nyeri
|
No
|
Data
|
Kemungkinan
Penyebab
|
Masalah
|
|||||||||
2
|
Data Subjektif :
-
Klien mengeluh belum platus lebih kurang 3 jam post
operasi nyeri pada luka post operasi
Data Objektif :
-
Keadaan umum lemah
-
Klien masih puasa dan belum flatus
-
Mukosa bibir kering
Suhu : 37,10C
Nadi : 76 x/menit
TD : 110/80 mmHg
Respirasi : 20 x/menit
Klien dapat therapy IVFD : RL, D5, NaCL + gtt 20 x/menit
-
Klien post operasi dengan GA (Genera anastesi)
|
Appendiks
Tindakan
operasi
(appendiktomi)
General anastesi
Relaksasi
otot abdomen
Penurunan
peristaltic usus
Belum flatus
Dapat puasa
(perubahan intake)
Resiko
terjadinya
Ketidak
seimbangan cairan
|
Resiko tinggi terjadinya ketidak seimbangan cairan
|
No
|
Data
|
Kemungkinan
Penyebab
|
Masalah
|
|||||||||
3
|
Data Subjektif :
-
Klien mengeluh nyeri pada luka post operasi
Data Objektif :
-
Adanya luka post operasi yang masih basah
K / U : Lemah
P x L : 8 cm x 2 cm, 6 jahitan
Suhu 37,10C
Respirasi : 20 x/menit
T / D : 110/80 mmHg
Skala nyeri : 7-8
|
Tindakan
operatif
(appendiktomi)
Luka operasi
Diskontinuitas
jaringan
Factor
usia (lansia)
Proses aging
Penurunan
imunitas tubuh
Invasi
kuman
Resiko
infeksi
|
Resiko tinggi terhadap infeksi
|
PRIORITAS
MASALAH
1.
Nyeri
2.
Resiko tinggi terjadinya ketidak seimbangan cairan dari
elektrolit
3.
Resiko tinggi terhadap infeksi
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka
operasi
2.
Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan pembatasan intake post operasi
3.
Resiko tinggi terjadinya infkesi berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan post operasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn “p” Hari/Tanggal :
Senin 26 Desmber 2012
Jenis
Kelamin : Laki-laki No.Register : 11 42 51
Ruangan : Bedah Diagnosa Medis : APP
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Nama &
Paraf
|
1.
2.
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi
Ancietas b.d tindakan pembedahan
yang dilakukan
|
Setelah
di lakukan asuhan keperawatan
Dalam
waktu 2x24 jm
1.Nyeri
yg dirasakan pasien hilang.
2.Pasien
tidak meringis (tidak nyeri pada saat ditekan bagian abdomen)
Setelah
di lakukan asuhan keperawatan
Dalam
waktu 2x24 jm
Cemas
teratasi
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan
klien terhadap penyakitnya
2.
Beri penjelasan tentang penyakit klien
3.
Motivasi klien bahwa klien dapat sembuh
|
1.Untuk
mengetahui rasa nyeri
2.Dengan
diberikan kopres diharapkan adanya vasodilatasi sehingga nyeri berkurang
3.dengan
pemberian anti emitik bisa mengurangi mual dan muntah.
1.
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang
penyakitnya
2.
Dapat
mengurangi kecemasan yang dirasakan klien
3.
Dapat meningkatkan semangat klien dalam menghadapi
tindakan pembedahan.
|
|
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn “P” Hari/Tanggal : Senin, 26 Desember 2012
Jenis
Kelamin : Laki-laki No.Register : 11 42 51
Ruangan : Bedah Diagnosa Medis : APP
No. DK
|
Jam
|
Tindakan
|
Hasil
|
Nama &
Paraf
|
1
2
|
09:00
|
-
Skala
0 : Tidak ada nyeri
-
Skala
1-3 : Nyeri ringan
-
Skala
4-6 : Nyeri sedang
-
Skala
7-9 : Nyeri berat
-
Skala
10 : Nyeri yang tak tertahankan
|
|
|
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn “P” Hari/Tanggal : Senin, 26 Desember 2012
Jenis
Kelamin : Laki-laki No.Register : 11 42 51
Ruangan : Bedah Diagnosa Medis : APP
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Jam
|
Evaluasi
|
Nama & TT
Perawat
|
1
2
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi
Ancietas b.d tindakan pembedahan
yang dilakukan
|
11:00
13:00
|
S:Klien mengatakan nyeri berkurang
O : Klien tampak tenang dengan
skala 1-3
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Klien mengatakan sudah tidak terlalu cemas
lagi terhadap tindakan pembedahan yang akan dilakukan
O :
Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Appendicitis adalah peradangan dari apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit
ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer:2000).
Appendicitis merupakan unflamasi apendiks, suatu
bagian seperti kantung yang non fungsional dan terletak dibagian inferior
sekum. Penyebab paling umum dari appendicitis adalah abstruksi lumen oleh
feses, yang akhirnya merusak suplai darah dan merobek mukosa yang menyebabkan
inflamasi (Ester:2000).
B.SARAN
a) Bagi Pendidikan Akper Sapta
Karya Palembang
Para pendidikan diharapkan dapat menggunakan hasil
penelitian ini sebagai bahan untuk dapat meningkatkan kualitas bagi mahasiswa
khususnya Diploma III Keperawatan Akper Sapta Karya Palembang.
b) Bagi Petugas Kesehatan RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2012
Diharapkan dapat meningkatkan lagi
penyuluhan tentang Appendicitis di Poliklinik kepada masyarakat yang berobat agar pengetahuan masyarakat
tentang Appendicitis lebih baik dan masyarakat dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat
menyebabkan terjadinya Appendicitis.
c) Bagi Peneliti
Diharapkan dapat melakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui gambaran faktor penyebab Appendicitis dengan
variabel yang berbeda dan variatif serta sampel yang Lebih Besar. Serta
memperbanyak sumber-Sumber tentang penyakit apendiks.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC
Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri.
Jakarta: EGC.
Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencana
Pendokumentasian Perawatan Klien.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
EGC.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2.
Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta
: EGC.
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan
Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar