Senin, 17 November 2014

KTI ASKEP GASTRITIS AKUT

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Konsep Dasar Medik
2.1.1. Definisi
            Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer dkk, 2011), sedangkan menurut (Wijaya dan Yessie, 2013) Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain.
            Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat akut, dengan kerusakan “Erosive” karena hanya pada bagian mukosa (Inaya, 2014).
            Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah (Ardiansyah, 2010).
            Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, diffus atau lokal dengan kerusakan “ Erosive” karena permukaan hanya pada bagian mukosa.





2.1.2. Anatomi Fisiologi Lambung
Gambar 2.1 : Anatomi dan Fisiologi Lambung
(Rendy dan Margareth, 2012).

a.       Anatomi Lambung (ventrikel)
          Lambung terletak di bagian superior kiri rongga abdomen. Posisi organ ini agak miring/menyilang dari kiri ke kanan di bawah diafragma, berbentuk tabung seperti huruf j dengan kapasitas normal dua liter. Secara anatomis, lambung terdiri dari fundus, korpus, antrum pilorikum (pylorus), kurvatura mayor, kurvatura minor, spinker cardia (mengalirkan makanan masuk ke lambung dan mencegah reflukter pylorus (mencegah aliran balik isi duodenum ke lambung).
          Struktur lambung memiliki beberapa lapisan. Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari:
1)   Tunika serosa (luar), merupakan bagian dari peritoneum viseralis.
2)   Tunika mukosa, terdiri dari tiga lapis otot polos yaitu lapisan longitudinal (bagian luar), lapisan sirkuler (bagian tengah), dan lapisan obliq (bagian dalam). Lapisan yang beragam ini memungkinkan makanan di pecah menjadi partikel yang lebih kecil di samping mengaduk, mencampur, dan mengalirkan makanan masuk ke duodenum.
3)   Submukosa, merupakan lapisan yang menghubungkan mukosa (selaput lendir) dengan lapisan mukularis serta mengandung jaringan areolar longgar, fleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe.
4)   Mukosa (lapisan dalam), terdiri dari rugae (dinding organ yang berlipat-lipat) sehingga lambung dapat berdistensi (mengembung). Di dalam mukosa ini terdapat tiga kelenjar, yaitu:
(a) Kelenjar kardia yang berfungsi untuk mensekresi mucus (lendir yang dihasilkan mukosa).
(b) Kelenjar fundus yang memiliki sel utama, yaitu sel zimogenik (sel kepala untuk mensekresi pepsinogen menjadi pepsin), sel parietal (mensekresi HCI dan faktor intrinsik), dan sel leher mukosa (mensekresi barier mucus dan melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan oleh HCI atau autodigesti).
(c) Kelenjar gastric yang mengandung sel G dan terdapat di daerah pylorus. Sel G memproduksi HCI, pepsinogen, dan substansi lain, serta mengeksresikan enzim dan elektrolit (ion Na, kalium, dan klorida).
b.      Fisiologi
1)   Menampung makanan, memnghancurkan, menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah lambung, serta mengosongkan lambung. Fungsi menampung dari organ ini dipengaruhi pleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin. Gerakan peristaltic diatur oleh konduktivitas listrik intrinsic, sedangkan pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor saraf dan hormonal (cholecystokinin).
2)   Menghasilkan getah cerna lambung yang mengandung pepsin (berfungsi memecah albumin dan pepton menjadi asam amino) serta HCI (yang berfungsi mengasamkan makanan, zat antiseptic, dan desinfektan, dan mengubah pepesinogen menjadi pepsin, serta merangsang pengeluaran empedu di usus dan mengatur katup spinker pylorus).
3)    Memproduksi renin.
4)   Mensintesis dan mensekresi gastrin. Gastrin berperan penting dalam merangsang sekresi asam dan pepsin, faktor intrinsik yang membantu absobsi vitamin B12, enzim pankreas, peningkatan aliran darah, serta menghambat pengosongan lambung untuk mencampur seluruh isi lambung sebelum masuk ke duodenum.
5)   Mensekresi bikarbonat yang bersama-sama mucus, melindungi dinding lambung terhadap autodigesti oleh pepsin dan asam lambung.
          Gerakan lambung terdiri dari gerakan mencampur dan gerakan peristaltik. Derajat kontraksi pylorus dapat dihambat/ditingkatkan oleh pengaruh sinyal saraf dan hormonal dari lambung dan duodenum. Hormon yang berpengaruh pada peristaltik adalah gastrin dan cholesistokinin kinase (Ardiansyah, 2012).




2.1.3. Etiologi
            Menurut Muttaqin dan Sari (2011), mengatakan Etiologi dari gastritis ini adalah sebagai berikut:
1.    Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indimetasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2.    Minuman beralkohol: seperti whisky, vodka, dan gin.
3.    Infeksi bakteri: seperti H.phlori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci, Staphylococci, Proteus species, Clostridium spesies, E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis.
4.    Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5.    Infeksi jamur: seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
6.    Setres fisik yang disebabkan oleh luka bakar sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernapasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus-lambung.
7.    Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
8.    Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
          Menurut Rendy dan Margareth (2012) penyebab dari gastritis di bagi menjadi dua yaitu:
1.    Gastritis akut
a.    Pemakaian sering obat-obatan NSAID seperti aspirin yang tanpa pelindung selaput enterik
b.    Peminum alcohol
c.    Perokok berat
d.   Stres fisik (luka bakar)
e.    Keracunan makanan (entrotoksin)
2. Gatritis kronik
a.    Penderita dengan ulkus peptikum
b.    Hubungan dengan karsinoma lambung
c.    Pada penderita dengan anemia
d.   Pada penderita setelah gastrektomi
e.    Pada orang sehat terutama usia tua

2.1.4. Patofisiologi
          Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan dan mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara bertahap membuka.
          Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut ini lambung yang terkena paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri yang berlebihan, infeksi bakteri atau virus, maka hal tersebut akan merusak epitel-epitel sawar pada lambung. Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitel sawar yang dihancurkan tadi akan terjadi penghancuran sel mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam tidak bisa di control sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida di lambung dan ketika mengenal di dinding lambung akan menimbulkan nyeri lambung (perih) karena dinding lambung yang inflamasi tersebut, masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut.
          Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka mengakibatkan  peningkatan histamine sehingga meningkatkan permeabilitas terhadap protein meningkat kemudian plasma bocor ke intestinum terjadi edema dan akhirnya plasma bocor ke dalam lambung sehingga terjadi perdarahan (Sarif, 2012).

Bagan Patofisiologi
Text Box: Asam dalam lumen + empedu, ASA, Alkohol, BAKTERI lain-lain
 














                                                        HEMATEMESIS
                                                                                          MELENA

Gambar 2.2 : Bagan Patofisiologi
(Sharif, 2012)


2.1.5. Klasifikasi
Menurut Sharif (2012), Gastritis dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.    Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangan pendek dengan konsumsi agen kimia atau makanan mengganggu dan merusak mucosa gastrik.
2.    Gastritis kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. gastritis tipe A mampu menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibody. Anemia Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri helocobakter pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

2.1.6. Manifestasi Klinis
Menurut Sujamsuhhidajat dan Jong (2005), manifestasi gastritis terbagi menjadi 2 yaitu:
1.    Manifestasi Gastritis Akut
a.     Nyeri pada epigastrium
b.    Mual dan muntah
c.     Perdarahan terselubung maupun nyata
d.    Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem, mungkin juga ditemukan perdarahan aktif.
2.    Manifestasi Gastritis Kronik
a.    Komplikasi gastritis atrofik seperti tukak lambung
b.    Defisiensi zat besi
c.    Anemia pernisiosa
d.   Karsinoma lambung
Sedangkan menurut Wijaya dan Yessie (2013), manifestasi gastritis yaitu:
1.    Manifestasi Klinis Akut
a.    Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu sebelumnya dan sebagiab besar hanya mengeluh nyeri epigastrium yang tidak hebat
b.    Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
c.    Anoreksia
d.   Gejala yang berat:
(1)     Nyeri epigastrium hebat
(2)     Pendarahan
(3)     Vomitus
(4)     Hematemisis
2.    Manifestasi Klinis Kronik
a.    Perasaan penuh pada abdomen
b.    Anoreksia
c.    Distress epigastrik yang tidak nyata
d.   Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik
e.    Keluhan-keluhan anemia

2.1.7. Komplikasi
            Jika diibaratkan tidak terawat gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan mengakibatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding lambung.
            Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.Pyloris adalah MALT (mukosa associated lympoihoid tissue), Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan system kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal (Sharif, 2012).
            Sedangkan menurut Wijaya dan Yessie (2013), Komplikasi gastritis adalah: Perdarahan saluran cerna, Ulkus, Perforasi (jarang terjadi).
            Selain itu juga menurut Mansjoer dkk (2001) komplikasi gastritis yaitu:
1.    Komplikasi gastritis akut
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran kelinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacteri pylori, sebab 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin.
2.    Komplikasi gastritis kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi, dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12.

2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik
1.    Pemeriksaan darah lengkap, yang bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
2.    Pemeriksaan serum vitamin B12, yang bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi B12.
3.    Analis feses, yang bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
4.    Analis gaster, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI lambung.
5.    Achlorhidria (kurang/tidak adanya produksi asam lambung) menunjukkan adanya gastritis atropi.
6.    Uji serum antibody, yang bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel pariental dan faktor intrinsik lambung.
7.    Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bilaa ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
8.    Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung (Adriansyah, 2012).

2.1.9. Penatalaksanaan
Menurut Bruner dan Suddarth (2002), mengatakan Penatalaksanaan gastritis yaitu:
1.    Gastritis Akut
a.    Menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol makanan sampai gelaja berkurang.
b.    Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjur kan.
c.    Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parental.
d.   Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisiran agen penyebab.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi.
2.    Gastritis Kronis
a.    Diatasi dengan memodifikasi diet pasien.
b.    Meningkatkan istirahat.
c.    Mengurangi setres.
d.   Memulai farmakoterapi misalnya H. pylori dapat diatasi dengan antibiotok.


2.2.  Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
a.    Biodata
          Pada biodata, bisa diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin tempat tinggal pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan.
b.    Keluhan Utama
          Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada pasien. Kaji, apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual, atau muntah?
c.    Riwayat Penyakit Sekarang
          Kaji, apakah gejala terjadi pada waktu-waktu tertentu saja, seperti sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol?
d.   Riwayat Kesehatan Keluarga
          Kaji riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengidap gastritis, kelebihan diet, atau diet sembarangan. Riwayat diet, ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, juga akan membantu dalam melakukan diagnosis.
e.    Pemeriksaan Fisik
1.    Kesdaran: pada awalnya CM (compos mentis), yaitu perasaan tidak berdaya.
2.    Respirasi: tidak mengalami gangguan.
3.    Kardiovaskuler: hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, dan kuliit/ membrane mukosa berkeringat (status shock, nyeri akut).
4.    Persarafan: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi/bingung,dan nyeri epigastrium.
5.    Pencernaan: anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri pada ulu hati, tidak toleran terhadap makanan (cokelat dan makanan pedas), dan membrane mukosa kering.
f.     Faktor Pencetus
1.    Makanan, rokok, alcohol, obat-obatan, dan stressor (faktor-faktor pencetus stress).
2.    Kondisi psikologis.
3.    Muskuloskletal (ditunjukkan dengan adanya kelemahan dan kelelahan).
4.    Integritas ego, yaitu faktor stress akut, kronis, dan perasaan tidak berdaya (Adriansyah, 2012).

2.2.2. Diagnosa Keperawatan
          Diagnosa keperawatan menurut Muttaqin dan Sari (2011), yang dapat ditegakkan berdasarkan tinjauan teori pada:
a.    Gastritis Akut
1)   Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
2)   Risiko ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatan intake nutrisi sekunder akibat nyeri, ketidak nyamanan lambung dan intestinal.
3)   Risiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan dari muntah yang berlebihan.
4)   Kecemasan berhubungan dengan adanya nyeri dan muntah darah.
5)   Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak adekuatan informasi penatalaksanaan diet dan faktor pencetus iritan pada mukosa lambung.



b.    Gastritis Kronis
1.    Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
2.    Risiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan dari muntah yang berlebihan.
3.    Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat sekunder akibat mual, muntah, dan anoreksia.
4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
5.    Kecemasan berhubungan dengan penyakit dan program pengobatan.

2.2.3. Intervensi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), intervensi keperawatan gastritis yaitu:
1.    Intervensi Gastritis Akut
a.    Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
Intervensi
1)   Instirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.
2)   Ajarkan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri.
3)   Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri.
4)   Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahat pasien.
5)   Tindakan kolaborasi pemakaian penghambat H2 (seperti Cimetidin atau Ranitidin), Antasida.

Rasionalisasi
1)   Instirahat secara fisiologis akan menurunkan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
2)   Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia intestinal.
3)   Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.
4)   Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal. Pembatasan pengunjung membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan. Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer.
5)   Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan  nyeri.

b.    Risiko ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatan intake nutrisi sekunder akibat nyeri, ketidak nyamanan lambung dan intestinal.
Intervensi
1)   Kaji pengaturan pasien tentang intake nutrisi.
2)   Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat tanda kepenuhan gaster, regurgitasi, dan diare.
3)   Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya: semi kental atau makanan halus) atau makanan selang (contoh: makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual) sesuai indikasi.
4)   Fasilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari paparan dari agen iritan.
5)   Berikan diet secara rutin.
6)   Berikan nutrisi parenteral.

Rasionalisasi
1)   Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efektif dan efisien.
2)   Kandungan makanan dapat mengakibatkan ketidak toleransian GI, sehingga memerlukan perubahan pada kecepatan atau tipe formula.
3)   Macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien.
4)   Konsumsi minuman yang mengandung kafein perlu dihindari karena kafein adalah stimulant system saraf pusat yang dapat meningkatkan aktifitas lambung serta sekresi pepsin. Konsumsi alcohol harus dihentikan, demikian juga dengan rokok karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat pankreas sehingga akan menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum.
5)   Pemberian rutin tiga kali sehari ditunjang dengan pemberian reseptor penghambat H2 memiliki arti peningkatan efisiensi. Hal lain dengan pemberian diet makanan secara rutin akan memberikan kondisi normal terhadap fungsi gastrointestinal.
6)   Nutrisi secara intravena dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh pasien untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi harian.

c.    Risiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan dari muntah yang berlebihan.
Intervensi
1)   Monitor status cairan (turgor kulit, membran mukosa, dan urine output).
2)   Kaji sumber kehilangan cairan.
3)   Pengukuran tekanan darah.
4)   Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
5)   Tindakan kolaborasi: pertahankan pemberian cairan secara intravena.

Rasionalisasi
1)   Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine. Produksi urine <600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik.
2)   Kehilangan cairan dari muntah dapat disertai dengan keluarnya natrium melalui oral yang juga akan meningkatkan risiko gangguan elektrolit.
3)   Hipotensi dapat terjadi pada kondisi hipovolemia. Hal tersebut menunjukkan manifestasi terlibatnya sistem kardiovaskuler untuk melakukan kompensasi mempertahankan tekanan darah.
4)   Mengetahui adanya pengaruh peningkatan tahanan perifer.
5)   Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan control intake dan output cairan.

d.   Kecemasan berhubungan dengan adanya nyeri dan muntah darah.
Intervensi
1)   Monitor respon fisik, seperti kelemahan, perubahan tanda vital, serta gerakan yang berulang-ulang: catat kesesuaian respons verbal dan nonverbal selama komunikasi.
2)   Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan mengekspresikan rasa takutnya.
3)   Catat reaksi dari pasien atau keluarga, berikan kesempatan untuk mendiskusikan perasaan/ konsentrasinya, serta harapan masa depan.
4)   Anjurkan aktivitas pengalihan perhatian sesuai kemampuan individu, seperti: menulis, menonton TV, dan keterampilan tangan.

Rasionalisasi
1)   Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat kesadaran atau konsentrasi, khususnya ketika melakukan komunikasi verbal.
2)   Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut, dan mengurangi cemas yang berlebihan.
3)   Respons dan kecemasan anggota keluarga terhadap apa yang terjadi, dapat disampaikan kepada perawat.
4)   Sejumlah aktivitas atau keterampilan dapat menurunkan tingkat kebosanan yang dapat menjadi stimulus kecemasan.

e.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak adekuatan informasi penatalaksanaan diet dan faktor pencetus iritan pada mukosa lambung.
Intervensi
1)   Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan pasien sebelumnya, dan suasana yang tepat).
2)   Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis akut sampai menimbulkan keluhan pada pasien.
3)   Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan.

Rasionalisasi
1)   Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan yang kondusif.
2)   Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individu. Diet diberikan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian, makanan yang disukai, serta pola makan.
3)   Meningkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan dari mencegah klien untuk kontak kembali dengan agen iritan lambung.

2.      Intervensi Gastritis Akut
a.    Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
Intervensi
1)   Kaji skala nyeri 0-4.
2)   Lakukan menejemen nyeri, istirahatkan pasien.
3)   Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri.
4)   Manajemen pemberian diet dan menghindari agen iritan mukosa lambung.
5)   Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
6)   Kolaborasi, pemakaian penghambat H2 (seperti Cimetidin/ Ranitidin).
7)   Antasida.

Rasionalisasi
1)   Perawat mengkaji tingkat nyeri dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat-obatan dan menghindari zat pengiritasi.
2)   Istirahat secara fisiologi akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal.
3)   Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.
4)   Dengan menghindari makanan dari minuman yang mengiritasi mukosa lambung, maka dapat menurunkan intensitas nyeri.
5)   Penegtahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.
6)   Simetidin menghambat histamine H2, menurunkan produksi asam lambung, meningkatkan pH lambung, dan menurunkan iritasi pada mukosa lambung.
7)   Antasida untuk mempertahankan pH lambung pada tingkat 4,5.

b.    Risiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan dari muntah yang berlebihan.
Intervensi
1)   Monitor status cairan (turgor kulit, membrane mukosa, dan keluaran urine).
2)   Kaji sumber kehilangan cairan.
3)   Pengukuran tekanan darah.
4)   Menejemen pemberian cairan.

Rasionalisasi
1)   Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine. Produksi urine <600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik.
2)   Kehilangan cairan dari muntah dapat disertai dengan keluarnya natrium melalui oral yang juga akan meningkatkan risiko gangguan elektrolit.
3)   Hipotensi dapat terjadi pada kondisi hipovolemia. Hal tersebut menunjukkan manifestasi terlibatnya sistem kardiovaskuler untuk melakukan kompensasi mempertahankan tekanan darah.
4)   Intake cairan dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (keluaran urine minimal 30 ml/jam, masukan minimal 1,5 I/hari). Bila makanan dan minuman ditunda, maka biasanya cairan intravena (3 I/hari) diberikan.

c.    Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat sekunder akibat mual, muntah, dan anoreksia.
Intervensi
1)   Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah, dan diare.
2)   Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa yang disukai pasien (sesuai indikasi).
3)   Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (seminggu sekali).
4)   Lakukan dan ajarkan perawatan mulut, sebelum dan sesudah makan.
5)   Pasilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari paparan dari agen iritan.
6)   Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
7)   Kolaborasi untuk pemberian anti muntah.

Rasionalisasi
1)   Memvalidasi dan menetapkan derajad masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.
2)   Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki intake nutrisi.
3)   Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4)   Menurunkan rasa tidak enak karena sisa makanan dan bau obat yang dapat merangsang pusat muntah.
5)   Konsumsi minuman yang mengandung kafein perlu dihindari karena kafein adalah stimulant system saraf pusat yang dapat meningkatkan aktifitas lambung serta sekresi pepsin. Konsumsi alcohol harus dihentikan, demikian juga dengan rokok karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat pankreas sehingga akan menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum.
6)   Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik pasien.
7)   Meningkatkan rasa nyaman pada gastrointestinal dan meningkatkan keinginan intake nutrisi dan cairan per oral.

d.   Kurang pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
Intervensi
1)   Kaji kemampuan pasien untuk mengikui pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan pasien sebelumnya, dan suasana yang tepat).
2)   Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis kronis sampai menimbulkan keluhan pada pasien.
3)   Hindari dan beri daftar agen-agen iritan yang menjadi predisposisi timbulnya keluhan.
4)   Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan
5)   Jelaskan pentingnya obat-obatan dan vitamin B12.



Rasionalisasi
1)   Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan yang kondusif.
2)   Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individu.
3)   Pasien diberi daftar agen-agen iritan untuk dihindari (missal kafein, nikotin, bumbu pedas, pengiritasi atau makanan yang sangat merangsang, dan alkohol).
4)   Meningkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan dan mencegah klien untuk kontak kembali dengan agen iritan lambung.
5)   Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap vitamin B12 jangka panjang.

e.    Kecemasan berhubungan dengan penyakit dan program pengobatan.
Intervensi
1)   Monitor respons fisik, seperti kelemmahan, perubahan tanda vital, dan gerakan yang berulang-ulang. Catat kesesuaian respons verbal dan nonverbal selama komunikasi.
2)   Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengunkapkan dan mengekspresikan rasa takutnya.
3)   Catat reaksi dan pasien/keluarga. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan perasaannya, konsentrasinya, dan harapan masa depan.
4)   Anjurkan aktivitas pengalihan perhatian sesuai kemampuan individu, seperti menulis, menonton TV, dan keterampilan tangan.



Rasionalisasi
1)   Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat kesadaran/ konsentrasi, khususnya ketika melakukan komunikasi verbal.
2)   Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut, dan mengurangi cemas yang berlebihan.
3)   Respons dan kecemasan anggota keluarga terhadap apa yang terjadi dapat disampaikan kepada perawat.
4)   Sejumlah aktivitas atau keterampilan baik sendiri maupun dibantu selama melakukan rawat inap dapat menurunkan tingkat kebosanan yang dapat menjadi stimulus kecemasan.

2.2.4. Implementasi
          Implementasi adalah melakukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah klien yang mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari (Haryanto, 2007).

2.2.5. Evaluasi
Menurut Muttaqin dan Sari (2003), yaitu:
Hasil yang diharapkan pada pasien Gastritis Akut setelah mendapat intervensi keperawatan adalah sebagai berikut:
1.    Nyeri epigastrium berkurang atau teradaptasi.
2.    Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi.
3.    Informasi terpenuhi.
4.    Tingkat kecemasan berkurang.

Hasil yang diharapkan pada pasien Gastritis Kronis setelah mendapat intervensi keperawatan adalah sebagai berikut:
1.    Nyeri epigastrium berkurang atau teradaptasi.
2.    Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi.
3.    Intake nutrisi harian terpenuhi.
4.    Mematuhi program pengobatan dengan memilih makanan dan minuman yang bukan bersifat iritan, serta menggunakan obat-obatan sesuai resep.
5.    Tingkat kecemasan berkurang.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
3.1.1. Biodata
                  a.   Identitas Pasien
                        Nama                            : Tn ”N”
                        Umur                            : 18 Tahun
Jenis Kelamin               : Laki-laki
Status Perkawinan        : Belum Kawin
Agama                          : Islam
Suku                             : Indonesia
Pendidikan                   : SMA
Pekerjaan                      : Pelalajar
No. Register                 : 084364
Diagnosa Medik           : Gastritis Akut
Tanggal Masuk             : Jam 07:00 wib 11-02-2014
Tanggal Pengkajian      : Jam 08:00 wib 12-02-2014
Alamat                          : Jalan Sila Beranti lorong Auragading
                                                                                                             
b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                            : Ny “ I ”
                        Umur                            : 45 Tahun
Jenis Kelamin               : Perempuan
Pendidikan                   : SMA
Pekerjaan                      : Wiraswasta
Hub. dgn pasien           : Orang Tua
Alamat                          : Jalan Sila Beranti lorong Auragading
       3.1.2.  Keluhan Utama :
         Nyeri di perut disertai mual, muntah, tidak nafsu makan dan pusing.

3.1.3.  Riwayat Kesehatan Sekarang :
         Dari penuturan klien 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit klien merasakan nyeri di sekitar perut, serta mual, muntah dan pusing. Penyebabnya dikarnakan kebiasaan klien yang sering terlambat makan. Melihat keadaan klien yang merasakan nyeri di perut tepatnya di lambung dan keadaan klien yang semakin melemah, maka teman klien membawa klien ke Rumah Sakit Muhammadyah Palembang. Klien merasakan nyeri di perutnya serta klien terlihat pucat. Nyeri dirasakan di ulu hati/ epigastrium sekala 4 (sekala nyeri 0-10) nyeri hilang timbul saat epigastrium di tekan.

3.1.4.  Riwayat Kesehatan Dahulu
         Klien mengatakan bahwa klien belum pernah mengalami penyakit semacam ini sebelumnya.Klien tidak mempunyai penyakit keturunan DM, TB Paru, Hipertensi, maupun penyakit menular. Klien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit.










     3.1.5. Riwayat Keluarga (disertai genogram)
No
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
1
Tn “A”
50 Tahun
SMA
Wiraswasta
Ayah
2
Ny “I”
45 Tahun
SMA
Wiraswasta
Ibu
3
Tn “N”
18 Tahun
SMA
Pelajar
Anak
4
An “S”
13 Tahun
SMP
Pelajar
Anak



Genogram                  

 




















Gambar 3.1 : Genogram


3.1.6. Data Fisik
a.    Penampilan Umum
Bentuk tubuh  normal, tidak ada kelainan kebersihan secara umum bersih, penampilan rapi.
b.    Aktivitas sehari-hari
1)   Pola makan dan minum
Klien makan nasi putih, sayur, ikan 3x sehari 1 porsi di habiskan dan tidak ada pantangan. Tidak ada keluhan saat makan. Setelah sakit diet yang diberikan pada klien bubur biasa, ayam, sayur, tidak diperbolehkan makan pedas. Klien tidak nafsu makan dan hanya makan 3 sendok dari porsi yang diberikan.
2)   Pola istirahat dan tidur
Kelien mempunyai kebiasaan tidur mulai pukul 22:00 Wib dan bangun sekitar jam 06:00 Wib. Keliaen tidak memiliki masalah dalam tidur biasanya hal-hal yang membuat klien tidur jika membaca buku dengan penerangan lampu. Setelah sakit klien hanya tidur 3 jam dan sering terbangun saat nyeri timbul.
3)   Pola eliminasi (BAK dan BAB)
Klien BAK 4x sehari warna kuning bau amoniak. Tidak ada kesulitan saat BAK setelah sakit klien BAK ± 4x sehari warna kuning bau has amoniak. Tidak ada kesulitan saat BAK. BAB klien 2x sehari warna kuning padat dan tidak ada kesulitan pada saat BAB.
4)   Personal Higine
Klien mandi 2x sehari. Setelah sakit klien mandi 2x sehari menggunakan sabun dan menggosok gigi setelah makan tanpa di bantu. Klien mengganti pakaina 2x sehari.


5)   Mobilisasi dan Aktivitas
Klien dapat melakukan aktifitas secara normal tanpa bantuan. Setelah sakit klien mampu untuk berbalik badan dari sisi tempat tidur ke sisi lain dan mampu berjalan tanpa bantuan.

3.1.7. Pemeriksaan Fisik
                   a. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis, orientasi waktu dan tempat baik.
                        Tekanan darah                                  : 110/80    mmHg
                        Nadi                                                 :  80         x/menit
                        Pernafasan                                        :  20         x/menit
                        Suhu                                                 :  36ºC       
                   b. Berat Badan & Tinggi Badan
                        Berat Badan                                     :  56    Kg
                        Tinggi Badan                                    :  160  Cm
c.    Rambut dan Wajah
Rambut ikal dan berwarna hitam, rambut tidak rontok kulit kepala bersih tidak ada lesi. Struktus wajah klien tidak ada kelainan, warna kulit wajah klien sawo matang
d.   Mata
Penglihatan normal, kedua mata lengkap dan simetris kanan/kiri, palpebra tidak ditemukan ptosis dan oedem konjungtiva anemis dan sclera anicterus pupil kanan isokor antara kanan dan kiri, kornea dan sclera anicterus tidak ada strabismus dan katarak, tidak ditemukan peningkatan tekanan bola mata klien
e.  Hidung
Pada hidung tidak ada kelainan struktur dan lubang hidung kanan kiri simetris, tidak dijumpai peradangan dan perdarahan. Fungsi penciuman baik dank lien dapat membedakan bau, tidak ditemukan penggunaan napas cuping hidung.

f.  Mulut
Mulut tidak bau, tidak ada radang pada mukosa. Tidak ada karang gigi, tidak ada karies gigi tidak ada gigi yang tanggal. Lidah bersih, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak ada peradangan pada paring.

                   g. Telinga
Bentuk telinga simetris, pada pemeriksaan ketajaman pendengaran baik, tidak ditemukan adanya penyumbatan atau serumen dan cairan pada telinga.

h. Sistem Pernafasan                                        
Jalan nafas bersih tidak sesak, bernafas tidak menggunakan otot bantu nafas, frekuensi nafas 20x/menit, irama pernafasan teratur, nafas dalam, suara nafas tidak wizing.
                                   
i.  Sistem Kardiovaskular
   1) Sirkulasi Perifer
Nadi 80x/menit, irama teratur, denyut kuat,tekanan darah 110/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperature kulit hangat, warna kulit tidak sianosis, pengisian kapiler kurang dari 2 detik, edema tidak ada.
                        2) Sirkulasi jantung
Denyut apikal 82x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung tidak ada nyeri dada.

                   j. Sistem Pencernaan
                        1) Riwayat muntah
Isi makanan, mual, nafsu makan kurang, rasa penuh di perut, nyeri pada perut epigastrium.
                        2) Abdomen
Bentuk abdomen datar dan lemas, tidak dijumpai adanya kelainan seperti pembesaran massa tumor. Hepar tidak teraba, kebiasaan BAB 3x sehari, tidak diare, warna feses kuning padat.

                   k. Sistem Urologi
BAK 4x/hari terkontrol 1500 cc/24 jam warna kuning, tidak ada keluhan seperti sakit pinggang.

                   l.  Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada ekskresi urin berlebihan, suhu tubuh normal, tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut.

m. Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, warna kulit tidak sianosis, kondisi kulit baik tidak ada ulkus dan lesi, tidak ada kelainan pada kulit.                            

                   n. Sistem saraf
1)   Fungsi cerebral
Klien dapat breintasi dengan baik, dapat menginat dengan baik perhatian pokus, bahasa yang dipakai sehari-hari bahasa daerah. Tingkat kesadaran GCS menunjukkan skala 15 dengan klasifikasi respon membuka mata 4, respon perbal 5 dan motorik 6.

2)   Fungsi cranial
a.    Nervus caranialis / N.I
Klien dapat mengidentifikasi bau dengan baik
b.    Nervus optikus / N.II
Tidak ada kelainan dan gangguan pada penglihatan klien. Klien dapat melihat dengan baik.
c.    Nervus okulomotoris / N.III, Trochlesris / N.IV, Abdusen / N.VI
Pada mata klien tidak terdapt odema, klien dapat menggerakkan bola mata ke segala arah dan reaksi pupil terhadap cahaya baik.
d.   Nervus trigeminus / N.V
Klien dapat merasakan sentuhan dengan baik.
e.    Nervus Fasialis / N.VII
Klien dapat tersenyum, bisa mengembungkan pipi, lidah kelian baik dapat membedakan rasa asin dan manis.
f.     Nervus restibulocochlearis / N. VIII
Klien dapat mendengar dengan baik.
g.    Nervus glassopharingeum / N.IX, Vagus N.X
Klien dapat menelan dengan baik dan suara tidak serak dalam berbicara.
h.    Nervus Asesorius / N.XI
Klien dapat menggerakkan bahunya baik bagian dekstra maupun sinistra.
i.      Nervus Hipoglosus
Klien dapat menggerakkan dan menjulurkan lidahnya.

                   o. Sistem Imun
Klien tidak alergi terhadap debu, bulu binatang, zat kimia. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca flu.

       3.1.8.  Data Psikososial & Spiritual
a.    Psikososial
Ekpresi wajah klien datar, bicara jelas tidak terputus-putus, dapat berinteraksi dengan keluarga, perawat maupun pasien lain, koping yang digunakan klien pada saat menghadapi masalah / sakit  dengan menangis.
b.   Spiritual
Selama sakit klien tidak ada masalah dalam menjalankan ibadah

      3.1.9.   Data Penunjang
Laboratorium
                   Pemeriksaan Tanggal  : 12-02-2014
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Darah Rutin
Hemoglobin
Jumlah lekosit
Hitung Jenis
Basofi
Eosinofil
Neutrofil Batang
Neutrofil Segmen
Limfasit
Monosit
LZD 1 Jam
Kimia Klinik
BUN
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT

     11,2 g/dL
6,5 /uL

0,0 %
1,0 %
1,0 %
49,0 %
41,0 %
8,0 %
     41 mm

8 mg/dL
17 mg/dL
     0,6 mg/dL
14 u/L
25 u/L

12,0,0 g/dL
5,0-10,0/uL

0,0-2,5 %
0,0-7,0 %

50,0-70,0 %
20,0-60,0 %
2,0-15,0 %
3-15 mm

8-20 mg/dL
15-39 mg/dL
0,6-1,1 mg/dL
Up to 40 u/L
Up to 41 u/L






       3.1.10. Terapi Pengobatan

Jenis Obat
Dosis
Aturan
Pemberian

Indikasi
Kontra
Indikasi
Efek
Samping
Antasid





Lansoprazole




Domperidon






Ranitidin




Ondansetron








RL

1 sendok teh x 3/hari



30 Mg x 2/hari



10 Mg x 3/hari





25 Mg x 3/hari



8 Mg x 2/hari







Gtt20x/menit
Oral





intravena




intravena






intravena




intravena








intravena

Mengurangi mual, nyeri




Ulkus duodenum



Dispepsia pungsional, mual dan muntah akut



Tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif
Mual dan muntah







Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit.
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
Penderita hipersensitif terhadap lansoprazole.

Penderita hipersensitif terhadap domperidone.



Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidin.

Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap Ondansetron.




Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati.
sembelit, diare, mual, muntah.


sakit kepala, diare, mulut kering.
Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus.
Sakit kepala.



Sakit kepala, sensasi kemerahan atau hangat pada kepala dan epigastrium.
Timbul panas, infeksi pada tempat pnyuntikan
3.2. Analisa Data
Nama Pasien : Tn ”N”
No Register   : 084364
Ruang            : Penyakit Dalam


No
Data
(Symptom)
Kemungkinan Penyebab dan Dampak
(Etiologi)
Masalah
(Problem)
1





















2























3
Ds :
-        Klien mengatakan perutnya terasa sakit pada bagian kiri atas terasa seperti di tusuk
Do :
-   nyeri tekan uluh
hati
-   klien tampak meringis menahan sakit
-   sekala : 4 (sedang)
-   Tanda-tanda vital:
Suhu: 36 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
-   IVFD : RL gtt 20x/ menit

Ds:
-   Klien mengatakan merasa mual dan muntah biasanya 1-2x / hari.
-   Klien mengatakan nafsu makan berkurang.
Do :
-   Klien terlihat tidak tertarik untuk makan
-   Klien menghabiskan 3 sendok dari porsi yang diberikan.
-   Tanda-tanda vital:
Suhu: 36 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
-   IVFD : RL gtt 20x/ menit
-   Terapi Ondansetron

Ds :
-   Klien mengatakan sering terbangun di malam hari karena perutnya terasa sakit
Do :
-   Klien terlihat, lesu, lemas dan pucat.
-   Tanda-tanda vital:
Suhu: 36 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
-   IVFD : RL gtt 20x/ menit
-   Hb 11,2 g/dL
Asam dalam lumen+empedu
 

Penghancuran epitel sawar
 

Asam kembali berdifusi ke mukosa

Penghancuran sel mukosa

Asam

Perangsang kolinergik

Nyeri pada lambung






Asam dalam lumen+empedu
 

Penghancuran epitel sawar
 

Aasam kembali berdifusi ke mukosa

Penghancuran sel mukosa

Asam
 

Potilitas pepsinogen
 

Mual, muntah

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh





Asam dalam lumen+empedu
 

Penghancuran epitel sawar
 

Asam kembali berdifusi ke mukosa

Penghancuran sel mukosa

Asam

Nyeri

Gangguan pola tidur
Nyeri Pada Lambung




















Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh






















Gangguan pola tidur















3.3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
Nama Pasien : Tn ”N”
No Register   : 084364
Ruang            : Penyakit Dalam

No
Diagnosa Keperawatan
Ditemukan
Dipecahkan
Tanggal
Paraf
Tanggal
Paraf
1

Nyeri gaster berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
12-02-2014

Rafiq

14-10-2014

Rafiq

2



Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan kurang nafsu makan, mual dan muntah
12-02-2014



Rafiq



14-10-2014



Rafiq


3
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada gaster
12-02-2014

Rafiq
14-10-2014
Rafiq






















3.4. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Tn ”N”
No Register   : 084364
Ruang            : Penyakit Dalam


No
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
1













































2











































3
Nyeri gaster berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
Ds :
-        Klien mengatakan perutnya terasa sakit pada bagian kiri atas terasa seperti di tusuk
Do :
-   nyeri tekan uluh
hati
-   klien tampak meringis
-   sekala : 4 (sedang)
-   Tanda-tanda vital:
Suhu: 36 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
-   IVFD : RL gtt 20x/ menit












Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan kurang nafsu makan, mual dan muntah
Ds:
-   Klien mengatakan merasa mual dan muntah biasanya 1-2x / hari.
-   Klien mengatakan nafsu makan berkurang.
Do :
-   Klien terlihat tidak tertarik untuk makan
-   Klien menghabiskan 3 sendok dari porsi yang diberikan.
-   Tanda-tanda vital:
Suhu: 36 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
-   IVFD : RL gtt 20x/ menit
-   Terapi Ondansetron


Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada gaster
Ds :
-   Klien mengatakan sering terbangun di malam hari karena perutnya terasa sakit
Do :
-   Klien terlihat, lesu dan lemas
-   Tanda-tanda vital:
Suhu: 36 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
-   IVFD : RL gtt 20x/ menit
-   Hb 11,2 g/dL
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam masalah nyeri dapat berkurang / hilang dengan KH :
-    keluhan nyeri berkurang / hilang
-    pasien tidak gelisah
-    tidak ada nyeri tekan uluh hati
-    Skala : 0


























Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam nutrisi dapat adekuat dengan KH :
-     nafsu makan bertambah
-     makan habis 1 porsi
-     mual, muntah berkurang /  hilang




























Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam masalah pola tidur dapat teratasi dengan KH :
-   Jumlah waktu tidur terpenuhi
-   Dapat beristirahat dengan baik tanpa ada rasa nyeri
-   Badan tampk segar
1.     Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul.






2.      Ajarkan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri.



3.      Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri.

4.      Manajemen lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahat pasien.





5.      Tindakan kolaborasi dengan tim medis mengenai obat-obatan




1.       Kaji pengaturan klien tentang intake nutrisi






2.       Berikan makan sedikit tapi sering








3.       Berikan diet nutrisi seimbang




4.       Fasilitasi klien mmemperoleh diet sesuai indikasi.



5.       Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi pengobatan


1.      Kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur

2.      Berikan posisi tidur yang nyaman pada pasien

3.      Dorong pasien untuk melakukan ritual sebelum tidur missal dengan membaca buku dan berdoa

4.      Anjurkan minum obat sebelum tidur
1.      Instirahat akan menurunkan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.

2.      Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia intestinal.

3.      Distraksi dapat menurunkan stimulus internal.


4.      Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal. Apabila banyak pengunjung yang berada diruangan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang. Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer.

5.      Untuk menghilangkan nyeri lambung

1.      Perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan pengetahuan klien.

2.      Kandungan makanan dapat mengakibatkan ketidak toleransian gaster, sehingga memerlukan perubahan kecepatan pemberian makanan.

3.      Macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu.

4.      Konsumsi minuman kafein perlu dihindari karena dapat meningkatkan aktifitas lambung.

5.      Untuk menambah nafsu makan klien dan penyembuhan penyakit.

1.      Untuk mengetahui faktor apa yang mengganggu pola tidur pasien

2.      Untuk mengurangi nyeri pada pasien saat tidur


3.      Dapat membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan tidur





4.      Untuk memper mudah tidur
3.5. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : Nn ”N”
No Register   : 084364
Ruang            : Penyakit Dalam

Tanggal
DK
Waktu
Pelaksanaan
Paraf
12-02-2014
I









II












III






08:00 Wib

08:00 Wib

08:00 Wib
08:05 Wib

08:05 Wib


08:05 Wib

08:05 Wib

09:00 Wib
09:30 Wib



09:35 Wib



09:40 Wib

10:00 Wib


10:15 Wib
1.    Mengkaji skala nyeri 0-10
     Skala: 4 (sedang)
2.    Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
3.    Mengajarkan tehnik distraksi.
4.    Menganjurkan klien untuk memperbanyak istirahat.
5.    Memberian obat antasid 1 sendok teh x3/hari

1.    Mengkaji pengaturan klien tentang nutrisi
2.    Memberikan makan sedikit tapi sering
3.    Memberikan diet nutrisi seimbang
4.    Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai indikasi dalam hal makan pedas, asam dan mengandung kafein.
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi penambah nafsu makan

1.   Mengkaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur
2.   Menganjurkan klien untuk melakukan ritual sebelum tidur seperti membaca buku dan berdoa
3.   Memberikan posisi semi fowler ketika klien tidur

Rafiq
13-02-2014
I









II












III
08:00 Wib

08:00 Wib

08:00 Wib
08:05 Wib

08:05 Wib


08:05 Wib

08:05 Wib

09:00 Wib
09:30 Wib



09:35 Wib



09:40 Wib


10:00 Wib

10:15 Wib
1.    Mengkaji skala nyeri 0-10
     Skala: 2 (ringan)
2.    Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
3.    Mengajarkan tehnik distraksi
4.    Menganjurkan klien untuk memperbanyak istirahat
5.    Memberian obat antasid 1 sendok teh x3/hari

1.    Mengkaji pengaturan klien tentang nutrisi
2.    Memberikan makan sedikit tapi sering
3.    Memberikan diet nutrisi seimbang
4.    Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai indikasi dalam hal makan pedas, asam dan mengandung kafein.
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi penambah nafsu makan

1.    Mengkaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur
2.    Menganjurkan klien untuk melakukan ritual sebelum tidur seperti membaca buku dan berdoa
3.    Memberikan posisi semi fowler ketika klien tidur
Rafiq
14-02-2014
I









II












III
08:00 Wib

08:00 Wib

08:00 Wib
08:05 Wib

08:05 Wib


08:05 Wib

08:05 Wib

09:00 Wib
09:30 Wib



09:30 Wib



09:35 Wib

09:40 Wib


10:00 Wib
1.    Mengkaji skala nyeri 0-10
Skala: 0
2.    Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
3.    Mengajarkan tehnik distraksi.
4.    Menganjurkan klien untuk memperbanyak istirahat.
5.    Memberian obat antasid 1 sendok teh x3/hari

1.    Mengkaji pengaturan klien tentang nutrisi
2.    Memberikan makan sedikit tapi sering
3.    Memberikan diet nutrisi seimbang
4.    Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai indikasi dalam hal makan pedas, asam dan mengandung kafein.
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi penambah nafsu makan

1.    Mengkaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur
2.    Menganjurkan klien untuk melakukan ritual sebelum tidur seperti membaca buku dan berdoa
3.    Memberikan posisi semi fowler ketika klien tidur
Rafiq






























3.6. Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : Nn ”N”
No Register   : 084364                        
Ruang            : Penyakit Dalam

Tanggal/ Waktu
No.DK
Catatan Perkembangan
Paraf
12-02-2014
11:00 Wib























11:00 Wib





























11:00 Wib
I
























II





























III
S: Klien mengatakan masih merasa sakit pada perutnya
O: Klien masih terlihat meringis menahan sakit skala nyeri: 4 (sedang)
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36,1 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah belum teratasi
P:  Intervensi dilanjutkan
1.    Kaji skala nyeri
2.    Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
3.    Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri.
4.    Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul
5.    Kolaborasi dalam pemberian obat antasid
I: -
1.    Mengkaji skala nyeri.
2.    Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
3.    Mengajarkan tehnik distraksi.
4.    Menganjurkan klien untuk memperbanyak istirahat.
5.    Berkolaborasi dalam pemberian obat antasid
E: - Klien masih merasakan nyeri.
R:-

S:  Klien mengatakan mual, muntah sudah berkurang dan mulai ada nafsu makan
O: Makan habis 3 sendok dari porsi yang diberikan
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Kaji pengaturann klien tentang intake nutrisi
2.    Berikan makan sedikit tapi sering
3.    Berikan diet nutrisi seimbang
4.    Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai indikasi dalam hal makan pedas, asam dan mengandung kafein.
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi penambah nafsu makan
I  :-
1.    Mengkaji pengaturan klien tentang nutrisi
2.    Memberikan makan sedikit tapi sering
3.    Memberikan diet nutrisi seimbang
4.    Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai indikasi dalam hal makan pedas, asam dan mengandung kafein.
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi penambah nafsu makan
E:- Nafsu makan klien masih berkurang
R:-

S:  Klien mengatakan belum bisa tidur nyenyak
O:  Klien terlihat pucat
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36,2 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur
2.    Berikan posisi tidur yang nyaman pada pasien
3.    Dorong pasien untuk melakukan ritual sebelum tidur missal dengan membaca buku dan berdoa
I  :-
1.    Mengkaji faktor gangguan tidur
2.    Menganjurkan pasien untuk melakukan ritual sebelum tidur
3.    Memberikan posisi semi fowler ketika klien tidur
E :- Klien masi merasakan sulit tidur
R :-

Rafiq
























Rafiq





























Rafiq

13-02-2014
10:30 Wib























10:30 Wib



























10:30 Wib
I
























II



























III
S: Klien mengatakan masih merasa sakit pada perutnya
O: Klien masih terlihat meringis menahan sakit skala nyeri: 2 (ringan)
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36,1 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah belum teratasi
P:  Intervensi dilanjutkan
1.    Kaji skala nyeri
2.    Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
3.    Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri
4.    Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul
5.    Kolaborasi dalam pemberian obat antasid
I: -
1.    Mengkaji skala nyeri.
2.    Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
3.    Mengajarkan tehnik distraksi.
4.    Menganjurkan klien untuk memperbanyak istirahat.
5.    Berkolaborasi dalam pemberian obat antasid
E: - Klien masih merasakn nyeri.
R:-

S:  Klien mengatakan mual, muntah sudah berkurang dan nafsu makan mulai meningkat
O: Makan habis ½  porsi
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Kaji pengaturanan klien tentang intake nutrisi
2.    Berikan makan sedikit tapi sering
3.    Berikan diet nutrisi seimbang
4.    Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai indikasi dalam hal makan pedas, asam dan mengandung kafein.
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi penambah nafsu makan
I  :-
1.    Mengkaji pengaturan klien tentang nutrisi
2.    Memberikan makan sedikit tapi sering
3.    Memberikan diet nutrisi seimbang
4.    Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai indikasi dalam hal makan pedas, asam dan mengandung kafein
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi penambah nafsu makan

E:- Nnafsu makan klien mulai meningkat
R:-
S:  Klien mengatakan belum bisa tidur nyenyak
O:  Klien terlihat pucat
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36,2 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.    Kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur
2.    Berikan posisi tidur yang nyaman pada pasien
3.    Dorong pasien untuk melakukan ritual sebelum tidur missal dengan membaca buku dan berdoa
I  :-
1.    Mengkaji faktor gangguan tidur
2.    Menganjurkan pasien untuk melakukan ritual sebelum tidur
3.    Memberikan posisi semi fowler ketika klien tidur
E :- Klien beleum bisa tidur nyenyak.
R :-
Rafiq
























Rafiq



























Rafiq

14-02-2014
10:30 Wib








10:30 Wib










10:30 Wib
I









II










III
S : Klien mengatakan tidak nyeri lagi
O: Klien tampak lebih rileks
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
I  :-
E : Klien tidak merasakan nyeri lagi
R :-

S:  Klien mengatakan mual, muntah hilang dan nafsu makan meningkat
O: Makan habis 1 porsi
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
I  :-
E : Nafsu makan klien meningkat
R :-

S: Klien mengatakan tidurnya lebih nyenyak
O: Klien terlihat lebih segar
TD: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36 ºC RR: 22x/ menit
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
I  :-
E : Tidur klien sudah nyenyak
R :-
Rafiq









Rafiq










Rafiq








3 komentar: